Kopi-Buku-Cinta
Kejahatan dan kesia-siaan ada, sebab manusia tidak sibuk dengan kopi, buku, dan cinta
Di komunitas Tomaka Book Club, teman-teman memanggilku Baju Hitam di awal-awal, namun beberapa bulan setelahnya, panggilan itu berubah menjadi Semesta. Terlepas dari komunitas Tomaka, di organisa Militan Perempuan Pejuang, yang lebih dikenal sebagai MP2, orang-orang memanggilku Syair Berdarah, sedangkan beberapa tahun yang lampau, di tim Pemburu Hantu R34 MISTERI, teman-teman menamaiku Hantu Rimba, kalau di perkumpulan ngalong kemarin, aku dipanggil Tangan Jail, sedangkan dikeluarkanku sendiri, aku biasa dipanggil Digo atau Aliando, hahaha, nama-nama pemberian mereka unik-unik ya, seunik tawamu yang aduhai, namun sayang, itu tidak lagi.
Apa ya, hmmm, tunggu....
Ok, baiklah, terlebih dahulu aku membakar pemantik ide kreatifku untuk melancarkan dan memaksimalkan daya imajinasiku, "tik", begitulah kira-kira bunyi korek yang kunyalakan, menghisapnya sekali lalu menghembuskannya dengan lembut melalui mulut dan hidung, mengatur naik turunnya nafas agar dapat lebih rileks. Aku mulai ya, tapi setelah tadi kuseruput juga kopi tanpa gula buatanku sendiri, ya, namanya juga kopi, tentu rasanya pahit, kalau manis, itu kamu, hahaha.
Kopi-Roko-Kamu, hmmm, merupakan perpaduan sempurna yang surya. Yang akan kalian dapati nantinya adalah kisah yang "tidak penting untuk disimak, benar-benar tidak penting, percayalah!"
Tahun ini, 2025, aku benar-benar berada pada puncak kejenuhan, capek dan juga bosan dengan hidup yang kujalani, entah sebab apa aku merasakan demikian. Kadang pelarianku untuk mengatasi ketidak jelasan adalah dengan ke pantai, naik gunung, ritual di tempat ibadah, masjid (rumah Allah katanya,) namun tetap saja, kekalutan tak pernah benar-benar sirna, hilangnya hanya sesaat, habis itu balik lagi, membuatku babak belur tanpa ampun.
Dalam permenunganku diantara jeda kekalutan, aku bertanya entah kepada siapa, sebenarnya aku ini kenapa? apa yang terjadi? apa yang harus kuperbuat? kenapa dan untuk apa aku diciptakan? hidup yang bagaimana yang harus aku jalani? aku merasa bahwa semua ini benar-benar kosong, hampa, aku tidak menemukan jawaban bagaimana hidup yang seharusnya. Kekacauan-kekacauan berseliweran tak jelas memenuhi kepalaku. Aku mengamati orang-orang beraktifitas, memperhatikan lingkungan disekitar, tumbuh-tumbuhan, binatang, angkasa, bintang-bintang, semut berjalan teratur, lebah bergerombol, ayam yang saling beradu, bulan, senja, anak-anak kecil yang bermain dan bahagia, sangkar burung beserta burungnya yang sisa satu karena pasangannya telah mati sebab kubiarkan mereka berpuasa selama tiga hari tiga malam, kejam ya aku?
Dari kebingungan terhadap segala sesuatu yang kurasakan, kualami penuh penyiksaan. Namun sesuatu yang tak terduga tiba-tiba terjadi dalam hidupku, percikan-percikan berupa cahaya tampak terlihat dikejauhan, meskipun sangat jauh dan samar-samar, namun aku dapat memastikan bahwa itu adalah cahaya. Entah mengapa seolah ragaku tak dapat menolak perintah yang aku juga masih samar-samar memahaminya, tubuhku bergerak, berjalan menuju ke kamar mandi, membasahi tubuh secara perlahan dan berurut mulai dari ujung kaki hingga ke kepala, kupejamkan mataku dan membiarkan kesegaran air mengalir seolah-olah membawa segala beban mengalir bersamanya, sugesti air sebagai penewar beban raga dan jiwa berhasil meresap hingga pada kedalaman rasa.
Masih tetap dengan posisi mata terpejam, aliran air dari keran terdengar seolah bunyi syahdu sang kekasih bayangan sedang menghiburku dengan candu suaranya, melebihi candu suara Rahma sivokalis Obat Haus tentunya. Rahma, perempuan yang seketika menarik perhatianku beberapa tahun lalu ketika aku hampir tiap malam menghabiskan waktu di obat haus. Semenjak mendapatkan pengalam waktu itu, mandi telah kujadikan sebagai meditasi. Untuk lebih memperdalam lagi, aku mencoba mengikuti intruksi bahasa halus yang bersumber dalam diriku. Mengambil wudhu lalu melaksanakan ritual setenang-tenangnya seolah itu adalah ritual terakhirku di bumi, panggung pementasan teater terbesar di jagad ini.
Damai memang, tenang, sejuk, adem, begitu yang aku rasa setelahnya. Perlahan kesuntukan, kegelisahan, kebimbangan, kecemasan, semua seolah terkikis dengan perlahan-lahan, dengan pengalaman-pengalaman itu, aku belajar untuk melakukan dengan konsisten. Tidak sampai disitu, kebiasaanku yang cenderung berlama-lama di dalam kamar kembali membuatku mendapatkan sesuatu yang baru dan sangat luar biasa, tumpukan buku-buku yang telah lama aku acuhkan seolah menyapaku lembut untuk memesrainya, tanpa banyak ini itu, aku segera mengambil satu untuk menyelaminya. Petualangan pun dimulai, dan itu menjadi pertanda bahwa aku hidup kembali, reinkarnasi Uciha Sasuke versus Semesta.
*"Serikat Anjing Mandiri,"* karya Mawan Belgia, merupakan buku awal di tahun ini yang akan memulai hidupku yang baru, hidup yang mulai berwarna, lebih bermakna, lebih produktif, lebih dapat menguasai emosi (terlalu berlebihan ya.) Buku tersebut merupakan pemberian kawanku bernama Abil / Aan, entah mengapa ia memberikannya padaku, dan pada kertas yang dibungkuskannya waktu itu ada sebuah pesan yang sengaja ditujukan padaku, kira-kira pesannya begini, "temanku sejak kecil, Budiman, semoga dengan buku ini kamu lebih sering lagi membaca dan dan menulis." Hmm, ada rasa yang entah itu kusebut apa yang seketika hadir setelah membacanya, dah lah. Setelah menyelesaikan bacaan pertamaku, aku segera mencari buku lain.
*"La-Tahzan,"* menjadi buku kedua yang ketika membacanya aku selalu merasa sedang meminum obat lalu perlahan sembuh, La-Tahzan itu memang ibarat obat, segala kegelisahan yang kualami selalu memiliki resep yang untuk ditawarkannya. Kemudian *"Animal Farm,"* menjadi bacaan ketigaku setelah mendapat rekomendasi entah dari siapa, dan buku itu aku pinjam dari Adi, ceritanya keren, dan aku suka sebab aku memang senang dengan bacaan novel. Setelah itu, aku lanjut mencari judul baru, kemudian aku menemukan *"Bumi Cinta"*, novel karya Habiburrahman El Shiratzy, merupakan novel pertama ditahun ini yang berhasil meneteskan air mataku sebab kisahnya yang sangat, ahhh, keren banget dan cocok untukmu yang keislam-islaman.
Setelahnya, aku kembali membaca dengan judul *"Sembuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat,"* buku yang juga sangat rekomend untuk siapa saja yang ingin pulih dengan membaca, sebab setelah aku membacanya, aku mulai lebih pulih, keren sekali memang, hmmm. Lanjut lagi, aku membaca *"Elang dan Bidadari,"* buku ini hampir-hampir mirip dengan Bumi Cinta, dan itu adalah novel kedua yang membuatku kembali meneteskan air mata, (beruntung banget sih bagi yang mendapatkan Bumi Cinta serta Elang dan Bidadari,) rasanya aku sangat penasaran bagaimana pengalaman orang lain yang juga membacanya. Jika kamu orang yang beruntung suatu saat nanti, maka pasti kamu akan memilikinya, *"sebab buku tak akan pernah salah mengenali tuannya"* ucapku yang begitu saja, plot twist banget nih, hahahah.
Lanjut, buku selanjutnya adalah *"Ikan-Ikan dan Kunang-Kunang Di Kidung Mayit,"* ceritanya juga sangat menarik sebab mengulik kepekikan sejarah Nusantara tempo Hitam Putih, namun agak vulgar sih, tapi bikin mata agak sedikit perih mengingat bagaimana kisah anak-anak jalanan yang berjuang dengan mandiri sebab tak lagi memiliki ayah dan ibu. Bayangin coba, mereka, anak-anak itu, yang entah mereka dapat dari mana keyakinan bahwa jika mereka berhasil mendapatkan ikan di sungai Kidung Mayit, maka ikan itu akan menjelma manusia dan menjadi ibu bagi yang berhasil mendapatkannya.
Selanjutnya *"Padang Ilalang Di Belakang Rumah,"* hmmm, kisahnya membuatku sedikit geram, mengingat bagaimana si BANGSAT JEPANG itu masuk setelah kepergian Belanda dengan sok asik atas ucapannya yang taik itu, ASU, babi bangsat, kesal aku dibuatnya, ahhh, baca aja kalau kalian mau tahu kisahnya. Dan juga antara ibu dan ayah yang mulai berbeda perspektif sejak kedatangan si taik itu, sebabnya, nilai lokal yang telah lama mereka jalani mulai bergeser. Selanjutnya *"Semua Yang Bersifat Sementara Hanya Metafora,"* hmmm, menarik sih, ada sentuhan sejarah lokalnya juga, Sulawesi ya. Kemudian buku selanjutnya adalah *"Hakikat Pikiran,"* nah, kalau ini aku suka banget nih, sentuhan lebih ke dalam, lebih wau gitu, seolah aku merasa melayang tinggi ke angkasa lalu kembali menyelam ke dasar samudera.
Selanjutnya adalah buku dengan judul *"Tindakan Diawali Dengan Pikiran,"* buku yang terlihat sepaket dengan yang barusan. Intinya buku itu ya isinya begitu. Ok, selanjutnya adalah *"Madilog,"* waduh, hmm, apa ya, eee, Madilog itu Fokusnya pada penalaran kritis dengan maksud agar kita tidak mudah untuk dibodohi begitu, sebab Madilog sendiri singkatan dari Materialisme-Dialektika-Logika. Tapi jujur saja, aku tidak sampai selesai membacanya setelah dibuat kaget oleh pembahas matematikanya yang seketika membuatku seolah terjungkal, hahaha, ketawa jahatka, dah lah. Selanjutnya *"Pangeran Cilik,"* asli keren, kisah seorang bocah petualang dari planet ke planet, namun sepanjang petualangannya, ia mendapati banyak hal aneh pada diri orang dewasa bahwa hidup mereka itu tidak bahagia dan membosankan. Pangeran Cilik menjadi buku ketiga yang kembali membuatku mewek cuk.
Selanjutnya ada buku *"Ikhlas Paling Serius,"* merupakan kutipan-kutipan menarik dari kisah penulisnya sendiri (menurut pembacaanku ya,) tidak tebal juga tidak tipis, namun setiap kutipannya itu aku suka, selalu berhasil meresap dalam rasaku, membaca paling hanya sekali eksekusi doang, namun akan candu untuk membacanya kembali, bahkan berulang kali sebab kamu akan menemukan kisah dirimu pada buku tersebut, keren. Katanya "pada akhirnya, aku pun hanya perlu terbiasa tanpa kehadiranmu. Hingga tiba hari katika aku terbiasa dan hatiku membaik. Terimakasih telah memberiku kesempatan untuk memperjuangkan seseorang. Dan, kau juga yang mengajariku cara untuk tahu; kapan waktu yang paling tepat untuk aku harus benar-benar menyerah."
Selanjutnya ada buku *"Kesetiaan Mister X,"* novel dengan warna baru sejauh pembacaanku terhadap novel, baru kali ini aku membaca novel yang berbau detektif. Berkisah tentang seorang ahli matematika sekaligus guru, ahli fisika yang ternyata bersahabat dengan sang ahli matematika, serta dua orang penyidik dari kepolisian, peran pelik pemikiran terjadi diantara mereka setelah kasus pembunuhan terjadi yang dilakukan oleh seorang perempuan dengan wajah yang cantik kepada seorang pria bangsat pecandu miras. Asli keren menurutku sih. Membacanya seolah-olah terlibat langsung di dalamnya, dan pada lembaran terakhirnya telah membuatku berasa sangat emosi hingga teriak anjing.
Yap, dan ini yang baru-baru aku selesaikan, *"Pejalan Anarki / Sepasang Yang Melawan,"* Novel terkeren diantara novel-novel yang pernah aku baca. Dikisahkan sepasang mahasiswa yang melawan, El dan Sekar, sebab pemikirannya yang berbeda dari kebanyakan mahasiswa lainnya. El adalah mahasiswa yang suka berpetualang, Idealis, cerdas, peduli kepada sesama, terlebih kepada mereka yang terpinggirkan. Pemikirannya luar biasa, gagasannya selalu berhasil membuat lawan bicara kadang tidak menemukan bantahan. Bahkan dosen-dosen di kampus El kadang mendramatisasi sentimennya lalu menjadikannya masalah jika berhadapan dengan El, semua menjadi tidak rasional sebab emosi lebih menunggangi ketimbang akal sehat. Dari awal hingga akhir, novel Sepasang Yang Melawan sangat daging, semua keren, banyak hal baru yang akan didapati para pembacanya. Cari bukunya dan bacalah.
"Manusia tidak akan menjadi apa-apa sampai tiba waktu di mana ia menjadi apa yang ia tentukan sendiri."
@semesta55
Komentar
Posting Komentar